Minggu, 24 Januari 2010

Simon Santoso

Walaupun Sony Dwi Kuncoro namanya sudah “terbang” duluan dibandingkan Simon, tetapi nama Simon lah yang sekarang lebih banyak bersemayam di dalam hati dan kepala para gadis belia Indonesia, penggemar bulutangkis.

simon-21Selain wajahnya yang seperti tidak lekang dimakan waktu dan memincut banyak hati gadis belia tanah air, rapor anak Tegal kelahiran 29 Juli 1985 ini juga tidak mengecewakan. Banyak pemain papan atas yang berperingkat di atasnya maupun yang lebih berpengalaman darinya yang merasakan sengkatan Simon di turnamen elit internasional. Sebutlah Peter Gade (DEN), Chen Yu (CHN), Ng Wei (HKG), Boonsak Ponsana (THA), Taufik Hidayat (INA), Hafiz Hashim (MAS), Shon Seung Mo dan Lee Hyun Il (KOR), dan Ronald Susilo (SIN).
Lahir di kota pabrik kok bulutangkis terbesar di Indonesia, Simon adalah bungsu dari empat bersaudara. Serius dengan bulutangkis, dia pun bertolak ke Jakarta dan masuk ke PB Tangkas sebelum ahirnya ditarik masuk ke pelatnas pada tahun 2002 ketika Indonesia mengalami seretnya regenerasi di tunggal putra.
Sejak itulah Simon digembleng untuk menjadi salah satu tumpuan harapan bangsa, dan pecinta komik Kungfu Boy ini mengerjakan “PR”-nya dengan baik. Setahun kemudian (2003) dia sukses menjadi runner-up di Singapore Satellite, dan mulai akhir tahun itu, Simon dikatrol naik bertanding ke turnamen internasional bintang lima. Walaupun waktu itu masih dalam kadar “mengenyam” pengalaman, toh Raphael Sachetat, fotografer bulutangkis senior menyebut Simon sebagai pemain muda, cerdas, dan sangat berbakat ketika Simon mencuri banyak perhatian setelah mengalahkan Peter Gade lalu Shon Seung Mo di Hongkong Terbuka 2003.
Gelar pertamanya dia sabet di Vietnam Satelit 2005, yang dapat dikatakan sebagai turnamen bintang empat – dan membuktikan bahwa nihilnya “prestasi” Simon di turnamen bintang lima saat itu bukan berarti dia salah level, tetapi memang karena Simon belum cukup matang saja.
2006, Simon mulai naik daun. Dia mulai cukup sering menerobos ke dalam perempat final.
Pada tahun 2007, dia membuat penonton Swis Terbuka tercengang karena dia berhasil menjadi finalis turnamen bintang lima ini setelah berangkat dari babak kualifikasi! Di kejuaraan ini, Simon menundukkan Wong Choong Hann (MAS), Ronald Susilo (SIN), dan Chen Yu (CHN), dan melewati Lin Dan yang tidak menyelesaikan set kedua karena cedera sebelum akhirnya terhenti langkahnya oleh Chen Jin (MS) di final.
Tahun ini, tahun 2008, Simon adalah salah satu atlit tunggal putra kebanggaan Indonesia yang sudah lebih matang, lebih siap, dan lebih berpengalaman. Walaupun pelatihnya mengatakan Simon perlu untuk lebih memantapkan stamina serta kepercayaan dirinya, secara teknis dia adalah pemain papan atas dunia.
Teruslah Berjuang, Simon!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar